KENDAL – Budidaya jagung hibrida merupakan salah satu kegiatan unggulan Lapas Terbuka Kendal dalam program pembinaan kemandirian Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) dalam bidang pertanian.
Selain itu, program tersebut merupakan wujud partisipasi aktif dalam mendukung program ketahanan pangan nasional yang digalakan pemerintah melalui Kementerian Pertanian dan Bappenas. Seperti diketahui LPT Kendal mendapat alokasi bantuan benih Jagung Hibrida dan pupuk untuk lahan seluas 10 hektar.
Sebagai informasi, proses penanaman hingga masa panen Jagung Hibrida memerlukan waktu kurang lebih 80-110 hari atau saat umur tanaman sudah mencapai maksimum. Jagung yang telah dipanen tidak serta merta dapat langsung dipasarkan. Namun, harus melalui beberapa proses pengolahan.
Puji Raharjo, Kepala Sub Seksi Kegiatan Kerja menerangkan bahwa proses pengolahan diawali dari pemipilan jagung dilanjutkan dengan proses pengeringan.
Baca juga:
Babinsa Susoh Kuatkan pertanian Cabai
|
Awalnya, jagung dimasukan kedalam mesin pipil untuk memisahkan antara biji dan tongkolnya. Penggunaan mesin pipil ini cenderung lebih efisien karena dapat memangkas waktu dan biaya produksi dibanding pipil secara manual.
Selanjutnya, jagung yang sudah dipipil kemudian dikeringkan menggunakan mesin pengering yang berkapasitas 400kg. Jagung dikeringkan pada suhu 850 C dengan estimasi 4-5 jam.
Jagung yang sudah dikeringkan, selanjutnya diangin anginkan untuk menghilangkan panas setelah proses pengeringan. Setelah itu, jagung siap dipacking dan dipasarkan.
“Alhamdulillah, proses pemipilan dan pengeringan sangat terbantu dengan adanya mesin pipil dan oven pengering yang tersedia di lapas. Sehingga, proses pengolahan jagung pasca panen tetap berjalan meskipun cuaca tidak mendukung, ” tutur Puji saat mengawasi proses pengeringan jagung pada Sabtu (04/02/2023).
Ari Rahmanto, selaku Kepala Seksi Bimbingan Narapidana/Anak Didik dan Kegiatan Kerja menambahkan bahwa proses pengolahan jagung dengan peralatan modern merupakan salah satu upaya Lapas Terbuka Kendal untuk mengoptimalkan proses pengolahan jagung pasca panen menjadi lebih efektif dan efisien.
“Untuk saat ini kami memiliki tiga unit mesin pengolah jagung berupa mesin pipil, mesin pengering, dan alat pemanas ruangan penyimpanan hasil panen. Kami sangat terbantu dengan adanya peralatan ini karena mempermudah dan mempercepat proses pengolahan hasil panen jagung. Harapan kami WBP juga mendapatkan pengetahuan mulai dari proses penanaman dan dapat mengoprasikan mesin pengolahan hasil panen jagung, ” pungkas Ari.
(N.Son/***)